Jumat, 22 April 2011

Produsen Baja RI Khawatir Dampak Bencana Jepang

Produsen baja nasional mengkhawatirkan dampak daribencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Jepang. Pasalnya,selama ini, Jepang memproduksi sekira 100 juta ton baja per tahun.

“Kita belum bisa memprediksi kondisinya akan seperti. Yang pasti, itu menjadi perhatian utama kami dengan kondisi saat ini. Belum tahu dampak terhadap produksi dan harga akan seperti apa. Yang jelas, setelah ini, mereka juga akan menyerap banyak baja untuk konstruksi selama recovery,” kata Direktur Eksekutif Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Edward Pinem di Jakarta, Senin (4/4/2011).

Berdasarkan laporan produsen baja nasional, lanjut dia, rata-rata harga baja pada kuartal I-2011 mengalami kenaikan sekira 20 persen dibandingkan periode yang sama di 2010.

“Saat ini, industri baja mengalami dilema. Suplai bahan baku kita juga menghadapi praktik kartel. Selama ini, kita mengimpor sekira 90 persen bahan baku, bijih besi. Terutama dari Amerika Latin, seperti Brasil dan Chile. Jadi, tanpa diganggu persoalan-persoalan dumping, industri baja nasional sudah menghadapi kondisi yang berat,” ujar Edward.

Menurut Edward, pada tahun ini, produksi baja nasional diprediksi akan mencapai delapan juta ton dan impor sekira empat juta ton.

“Total konsumsi tahun ini bisa sekira 12 juta ton. Produksi lokal diserap di domestik semua. Produksi nasional tidak terlalu bergerak karena industri lokal juga tidak melakukan ekspansi,” papar Edward.

Co Chairman Flat Product Indonesian IISIA Irvan Kamal Hakim memperkirakan, harga baja akan bertahan di level USD1.000 per ton selama semester I-2011. Sedangkan harga baja pada akhir 2010 berada di kisaran USD600-USD700 per ton.

Sementara itu, lanjut dia, pemerintah China menetapkan kebijakan mengurangi kapasitas produksi karena kebijakan lingkungan hidup. Padahal, kata dia, dari total konsumsi baja dunia yang mencapai 1,2 miliar ton, sebesar 50 persen dipasok oleh China.

IISIA mencatat, hingga saat ini, harga bahan baku naik sekira 7-13 persen dibandingkan akhir Desember 2010. Untuk scrap, naik sebesar 16 persen dari USD450 per ton pada akhir 2010, menjadi USD520  per ton. Sedangkan, iron ore melonjak tujuh persen dari USD174 per ton menjadi USD186 per ton, dan slab naik sebesar 17 persen dari USD580 per ton menjadi USD680 per ton. Billet naik sebesar 13 persen dari USD592 per ton menjadi USD670 per ton.

World Steel Association mencatat, dari sebanyak 64 negara produsen baja, produksi secara keseluruhan mencapai 117 juta metrik ton pada Februari 2011. Angka itu lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sempat pada level 127 juta metrik ton.

Dibandingkan periode sama di 2010, angka itu naik 8,8 persen. Sedangkan, produksi baja China pada Februari 2011 mencapai 54,3 juta metrik ton atau naik 9,7 persen dibandingkan dengan Februari 2010.

Produksi Jepang naik 5,7 persen menjadi 8,9 juta metrik ton, sedangkan produksi baja Korea Selatan naik 25,7 persen menjadi lima juta metrik ton. Di kawasan Eropa, Jerman memproduksi 3,7 juta metrik ton atau naik 7,9 persen, Italia naik sekira 4,9 persen menjadi 2,3 juta metrik ton, Spanyol memproduksi 1,4 juta metrik ton atau naik 6,4 persen.(Sandra Karina/Koran SI/ade)

0 komentar:

Posting Komentar

Search Engine

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites